Saturday, September 18, 2010

Lebaran Iedul Fitri 2010

Hari kemenangan ummat Islam sedunia tahun ini telah dicapai pada hari Jum'at tanggal 10 September 2010 lalu, yang bersesuaian dengan tanggal 1 Syawal 1431 Hijriyah. Hari kemenangan yang di Indonesia lebih dikenal sebagai Lebaran Iedul Fitri ini patut disyukuri sejalan dengan berakhirnya ibadah puasa di bulan Ramadhan 1431 Hijriyah selama 30 hari. Menang dalam melawan nafsu duniawi selama menjalankan kewajiban berpuasa dan kembali kepada fitrah manusia yang seharusnya. Harapan kita tentunya Allah SWT senantiasa mengizinkan kita bertemu kembali dengan keindahan puasa Ramadhan di tahun-tahun yang akan datang. Amien ya robbal'alamien.

Pada Lebaran ini seperti biasa saya dan my lovely wife, Andra, membagi hari bahagia ini dengan berkunjung ke orang tua dan keluarga masing-masing. Orang tua Andra (mertua saya) sudah berpulang ke rahmatullah bertahun-tahun yang lalu dan dimakamkan di kompleks makam keluarga di Bulu, Rembang, Jawa Tengah. Dengan demikian kami mengunjungi Pakde dan Bude yang alhamdulillah masih sehat di Jakarta. Yang pertama kami kunjungi adalah Bude yang baru saja pindah rumah beberapa hari sebelum Lebaran dari Perumahan Pesona Khayangan, Depok ke kawasan Sawangan, Depok. Setelah bersilaturrahmi kami bersama-sama menuju rumah Pakde di Kemang, Jakarta Selatan. Karena kendala macet saat menuju Sawangan paginya, kami baru sampai di rumah Pakde di Kemang setelah lewat tengah hari. Meski terlambat namun tidak mengurangi keharuan dan kebahagiaan dalam merayakan Lebaran. Bagaimanapun, keduanya, baik Pakde maupun Bude adalah pengganti orang tua Andra yang sama-sama selalu kami hormati.

Sekembali dari silaturrami ke Pakde dan Bude, kami bergegas pulang ke rumah untuk membawa perbekalan secukupnya karena akan berangkat ke Bandung malam itu juga bersama keluarga kakak keempat saya. Kemacetan pada Lebaran pertama di kawasan Jabodetabek membuat rencana perjalanan ke Bandung yang semula disepakati jam 16:00 WIB meleset menjadi sekitar jam 20:00 WIB. Tak mengapa terlambat, yang terutama adalah perjalanan ini akan mempertemukan kami dengan Papie, kakak-kakak, keponakan-keponakan dan keluarga yang lain di Bandung. Alhamdulillah perjalanan ke Bandung lancar. Kendala hanya pada saat antri panjang menjelang gerbang tol Padalarang Barat. Tanpa kendala kami tiba di rumah kakak pertama di Sarijadi hanya beberapa menit setelah jam 23:00 WIB. Papie telah menunggu kami dengan penuh harap. Demikian juga dengan kakak ketiga saya dan sejumlah keponakan. Lebaran di Bandung telah menjadi pengulangan "ritual mudik" yang biasanya kami lakukan pada awal tahun 1990an. Ya, kami hampir selalu berlebaran di Bandung. Namun setelah kondisi kesehatan Mamie menurun, sejak awal 2000an kami selalu berlebaran di rumah Mamie dan Papie di kawasan Kalibata. Ini Lebaran kedua di Bandung setelah Mamie tercinta wafat di Bandung pada 17 Maret 2009. Sesuai wasiat Mamie, hari-hari akhir hingga wafat dan pemakaman Mamie ditunaikan di Bandung. Kebetulan kompleks pemakaman Mamie dapat dijangkau dengan jalan kaki hanya beberapa menit saja dari rumah kakak pertama. Ini pulalah yang menjadi pertimbangan Papie untuk masih tetap tinggal di Bandung sejak tahun lalu. Kami rela dan menghormati keputusan Papie meski rasa rindu selalu menyeruak di hati. Dan besok pagi-pagi kami akan berziarah ke makam Mamie, memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk memohonkan ampunan atas segala dosa dan khilaf yang Mamie lakukan, sengaja ataupun tidak sengaja selama hidupnya.

Meski kami merayakan Lebaran di rumah orang tua, namun my lovely wife, Andra selalu memasak menu khas Lebaran meskipun dalam jumlah terbatas. Mengapa? Hahaha, jelas karena sebagai anak muda kamilah yang berkunjung ke rumah orang tua dan kakak-kakak kami. Andra selalu masak menu khas Lebaran meski hanya kami berdua yang menikmatinya. Tidak open house, tidak ada tamu. Kami selalu meninggalkan rumah segera setelah shalat Ied dan baru pulang ke rumah lewat tengah malam. Inilah enaknya menjadi pasangan muda, tidak perlu mencuci peralatan bekas makan, hehehe...

Menu Lebaran yang pasti Andra masak pasti menjadi kesukaan saya. Sebut saja ketupat, sayur rebung kacang panjang plus iga, entah itu dimasak sayur lodeh atau gule (tahun ini gule rebung kacang panjang plus iga), rendang daging dan paru sapi, serundeng dan kerupuk ikan merk "Lumba-lumba" khas Rembang. Begitu melihat ketupat dengan lauknya, duh mana bisa saya menahan selera untuk segera menyantapnya. Andra juga selalu membuat sendiri kue-kue kering. Sejak awal pernikahan kami Andra sudah membuat dan menjual kue-kue buatan sendiri dalam jumlah terbatas. Mengapa terbatas? Sebagai insan yang konsisten pada resep dan takaran, Andra tidak pernah "mengganti" bahan-bahan kue dengan bahan-bahan yang lain dengan tujuan tertentu. Konsekuensinya tentu saja pada harga jual kue. Namun secara kualitas, kue-kue buatan Andra selalu stabil pada cita rasa dan penampilannya. Tidak akan pernah ditemukan rasa penyedap "Royco" dan garam misalnya untuk menyerupai rasa gurih keju. Semua bahan diolah dengan hati mendalam, meski Andra harus rela tidur menjelang sahur. Andra membuat segera sepulangnya dari kantor. Kue yang dibuat tidak terlalu banyak macamnya. Andra dikenal pada cita rasa nastar dan kaastengels. Isi nastar ia buat sendiri, mulai dari memilih nanas, mengupas, membersihkan, memarut dan memasak dengan rempah tertentu. Selain itu ada juga dark chocolate cookies dan peanut butter cookies. Pada hari-hari menjelang Lebaran Andra biasanya baru membuatkan pesanan brownies dan klappertaart agar hasilnya tetap masih fresh. Untuk membuat itu semua Andra tidak pernah ngoyo, apalagi sampai mengejar target jumlah yang harus dijual. Tidak ada stock kue di rumah. Semua dimasak hanya sesuai pesanan. Harga yang lebih tinggi tidak pernah mempengaruhi jumlah pesanan setiap tahunnya. Analoginya, kita tidak pernah meminta tester untuk kue-kue yang dijual di toko-toko kue terkenal kan? Kita langsung membeli karena yakin akan kualitas rasa di toko kue tersebut.

Tahun ini Andra ingin menghadirkan suasana Lebaran di Jawa ke dalam rumah kami. Tradisi di Jawa biasanya tidak menyediakan menu ketupat, opor dan lain-lain pada Lebaran Iedul Fitri. Saya masih ingat pada pengalaman masa kecil, setiap kali merayakan Lebaran di rumah Eyang di Probolinggo, Jawa Timur, yang disajikan adalah aneka kue-kue jajan pasar. Makanan yang ada adalah makanan biasa, bukan ketupat lengkap. Berkali-kali kami menerima hantaran dalam rantang bertingkat atau wadah tradisional lainnya yang berisi aneka kue. Eyang juga selalu mengirim aneka hantaran kue kepada tetangga atau para sahabat. Barulah pada seminggu setelah Iedul Fitri dirayakan Lebaran Ketupat. Pada Lebaran Ketupat kita akan menikmati menu khas Lebaran ini dalam formasi lengkap. Sejalan perjalanan waktu, kebiasaan menyajikan ketupat lengkap beralih pada 1 Syawal, seperti dilakukan oleh masyarakat di kota-kota besar.

Pada Lebaran Ketupat khusus tahun ini di rumah mungil kami, kemarin sepulang dari kantor Andra langsung memasak ketupat, (lagi) gule rebung kacang panjang plus iga sapi, gule gajeboh dan menyajikan rendang paru yang masih tersisa sejak Lebaran seminggu lalu. Kenapa selalu ada sayur rebung? Hehehe...itu semua karena saya sangat menyukai masakan berbasis rebung. Untuk praktisnya, Andra selalu memakai rebung dalam kemasan kaleng merk "Ma Ling" buatan Cina. Jelas praktis karena kita bisa langsung memasak rebung siap pakai ini. Tidak perlu merebus dan mengganti airnya berkali-kali agar bau khas rebung hilang dan enak dimakan. Jangan heran ya bila tidak tersaji menu opor ayam. Meski opor ayam mudah memasaknya, namun kami bisa memasak dan menikmatinya kapan saja.

Week-end ini saya punya kesibukan di kantor mempersiapkan dokumen penawaran untuk tender minggu depan. Tidak mau rugi, meski kemarin malam pulang jam 23:00 WIB saya langsung makan menu Lebaran Ketupat buatan isteri sendiri. Tadi pagi pun saya sarapan menu yang sama, hehehe... Asal tahu saja, saya memang penggemar ketupat ataupun lontong. Di mall atau foodcourt, meski telah memesan makanan, begitu mata melihat ada ketupat sayur ataupun ketupat cap go meh saya bisa langsung membatalkan pesanan dan mengganti dengan ketupat, hahaha...

Yang sangat berkesan, saat berlebaran di rumah Uwak di Bandung adalah dimasakkan tekwan secara segera. Fresh from the kitchen! Kami bahkan berfoto-fotoan di dapur saat Uwak dan kakak sepupu sedang memasak tekwan. Juga dihidangkan lontong dengan sayur nangka, opor ayam dan....... rendang rusa, yang dikirim langsung dari Pendopo, Sumatera Selatan. Juga aneka kue khas Palembang yang jarang kami temui di hari biasa. Sayang keterbatasan waktu membuat kami tidak bisa berlama-lama di Bandung. Minggu 11 September 2010 sekitar jam 11:00 WIB kami meninggalkan Bandung untuk melanjutkan silaturrahmi dengan keluarga yang lain.

Meski kami sempat berlebaran singkat di Bandung, namun tidak sempat berkunjung ke rumah teman-teman semasa SMA dan SMP dulu. Insya Allah di tahun-tahun mendatang kami bisa membagi waktu Lebaran dengan lebih baik dari yang sudah-sudah. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1 Syawal 1431 Hijriyah. Minal aidin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin. (Moh. Adjie Hadipriawan, Sabtu 18 September 2010, pukul 20:06 WIB).