Thursday, September 20, 2007

Kepiting

Rabu tanggal 19 September 2007 teman kantor saya mendapat kiriman kepiting bakau (Scilla sp) sebanyak 10 kg dari Balikpapan untuk dijadikan sample bagi restoran di Jakarta. Kepiting-kepiting itu dikemas dengan baik dalam kotak styrofoam dan dikirim melalui udara. Sorenya saya kebagian sisa 3 ekor kepiting. Yang langsung terpikir, saya dan my lovely wife, Andra nanti malam makan kepiting di rumah.

Bagi teman-teman yang pernah ke Balikpapan tentu sudah tidak asing lagi dengan menu masakan kepiting Kenari di perjalanan dari airport ke arah pusat kota. Kepiting Kenari sudah sangat terkenal di kalangan pencinta seafood Balikpapan, khususnya kepiting dengan berbagai aneka bumbu masakannya. Bahkan kita bisa memesan masakan kepiting Kenari untuk dikemas dan dibawa pulang ke Jakarta.

Kebetulan saya suka memasak sendiri seafood di rumah ataupun saat menginap di tempat wisata pantai. Amatiran saja sih dan bila ada mood memasak. Tapi lumayanlah kalau dihidangkan bersama keluarga dan teman-teman. Pemikirannya sederhana. Produk-produk seafood, misal udang, direbus saja sudah enak. Apalagi dibumbui. Bumbu masakan seafood pun sederhana. Tinggal bagaimana menyajikannya saja agar tampak "wah" di meja hidangan.

Dari 3 ekor kepiting ternyata 1 ekor mati. Dua ekor pun cukuplah. Agak besar ini. Saya putuskan memasak yang paling gampang saja, yaitu kepiting saus tiram. Jadi begitu sampai di rumah, buka puasa, shalat magrib, langsung deh menyiangi kepitingnya. Menyiangi kepiting adalah moment paling menentukan untuk mendapatkan kepiting dengan tingkat kebersihan dan penampilan terbaik. Selama ini saya belajar menyiapkan kepiting dengan cara melihat langsung ke visible kitchen restoran-restoran tempat saya memesan kepiting. Memata-matai, hehehe.

Akhirnya kepiting saus tiram masakan sendiri tersaji di rumah. Saya dan Andra segera memakannya selagi panas. Mmmm, lumayan juga cita rasa masakan saya hehehe. Memang, ada memangnya. Kepiting yang tampak garang itu terasa ringan dan kopong. Belum lagi capitnya yang besar dan menyeramkan ketika dipecah, eh, ternyata isinya kurus. Tapi tidak mengapalah. Namanya juga sisa sample untuk restoran. Jadi jangan membayangkan sedang memakan kepiting Kenari dari Balikpapan. Mau?

(Moh. Adjie Hadipriawan, Jumat, 21 September 2007, pukul 11:44)


Photo: koleksi pribadi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home