18 Maret 2007 - A Beautiful Wedding
Hari Minggu siang tanggal 18 Maret 2007, saya mengantar my lovely wife Andra ke resepsi pernikahan seorang sahabatnya di Horison Hotel, Bekasi. Sahabat yang dimaksud tidak lain adalah Indah Permatasari R. Purnomo, yang akrab kita kenal sebagai Indah (Angkatan 86). Kami datang menjelang upacara adat hampir selesai diselenggarakan. Upacara adat berlangsung khidmat. Kedua pengantin mengenakan pakaian adat berwarna putih. Sebagai teman dan sahabat, kami berdua bersyukur dan turut berbahagia atas pernikahan Indah ini.
Resepsi diadakan tidak lama setelah acara adat dalam balutan baju pengantin warna ungu. Ada kejadian lucu ketika barisan pengantin dan keluarga memasuki ballroom Horison Hotel. Kedua pengantin berjalan didahului sepasang patah cilik yang manis, namun (lucunya) dalam tempo langkah yang "terburu-buru" untuk sebuah prosesi pernikahan. Tidak heran bila sang MC sempat mengingatkan dengan halus agar kedua mempelai berjalan perlahan saja mengikuti alunan gamelan. Sebagian besar tetamu tersenyum-senyum maklum. Namanya juga pengantin baru, hehehehe.....
Satu per satu teman-teman dan sahabat-sahabat Indah hadir. Ada Peppy dan suaminya, Toto. Arsa dan Rizal serta their sons. Eka dan suami serta kedua puterinya. Vanda dengan puterinya, bersama Ida "sang pramugari spesialis Bali - Australia (Air Paradise)". Nia dan 2 "pengawalnya" alias suami dan puteranya yang meski baru kelas 5 tapi badannya cukup besar ngalah-ngalahin Nia hehehe... Terakhir datang adalah "rombongan" Santi dan Agung.... Hitung-hitung ini pemanasan untuk acara reuni Fabiona Angkatan 86 tanggal 15 April 2007 di Bumi Perkemahan Ragunan.
Buat Indah dan Daniel, selamat menempuh hidup baru. Semoga senantiasa rukun dan bahagia sampai maut yang memisahkan kalian berdua. Amien.
(Moh. Adjie Hadipriawan, 20 Maret 2007 pukul 18:55)
***** Tentang Indah - pada masanya - tak dapat dipungkiri mengingatkan saya pada sebagian memory ketika memadu kasih dengan rekan dan sahabat kita, almarhum Budi Widyatmoko. Masih lekat dalam ingatan saya, ketika sore itu Budi menelepon ke kantor dan seperti biasa saya ledekin "kapan nih (married)?". Tidak seperti biasanya, Budi bicara agak lebih fokus, "lha ini aku mau ngundang". "Ngundang apaan Bud?". "Iya, malam ini aku mau tunangan ama Indah (waktu itu) di Vila Novo Depok". "Haaah, yang bener? Siapa aja yang diundang?". "Ini acara keluarga Djie dan cuma kamu yang aku undang tanpa sepengetahuan keluargaku dan keluarga Indah". Serasa tak percaya. Bagi saya undangan "the only" ini semacam "penghargaan" untuk saya sebagai sahabat satu angkatan. Tanpa berganti pakaian, hanya mampir ke rumah sebentar ambil jas, saya dan Andra berangkat ke acara keluarga itu. Maklum jalan ke Vila Novo saat itu sering macet. Jam 20:00 kami tiba. Wah benar-benar tidak ada yang kami kenal di luar rumah. Gimana ya biar Budi tahu kami sudah datang? Ya udah, saya muncul aja di pintu utama sampai akhirnya Budi melihat. Lalu Budi menyambut saya dan Andra di luar, mengajak kami ke dalam rumah. Begitu kami masuk, kami merasa seluruh pasang mata tiba-tiba beralih ke kami berdua. Kami sadar kami "hanya" diundang oleh Budi seorang. Budi menuntun kami bersalaman dengan seluruh anggota keluarga Indah dan Budi yang hadir di ruang keluarga. Orang tua Budi tersenyum dan memeluk saya gembira. Kakaknya Budi (mbak Tika) berkomentar dengan senyum khas, "lho... koq bisa tahu ya? Bocor nih acaranya". Tentu saja Indah merasa surprised dengan kehadiran kami berdua yang tak terduga ini. Jadilah kami menjadi salah satu saksi pertunangan Budi dan Indah.
Saya dan Budi sempat merencanakan hotel di Semarang yang dekat dengan lokasi acara. Tertata dengan rapih kapan kami berdua datang, kapan kami ikut prosesi dan resepsi. Namun manusia hanya dapat berusaha. Allah SAW menentukan jalan yang lain bagi sahabatku, Budi. Budi berpulang ke rahmatullah tepat di hari ulang tahunnya. Kepulangannya baru diketahui shubuh ketika Ibunya meminta adik Budi (Dewi, yang turut hadir dengan bahagia di acara pernikahan Indah di Bekasi) membangunkan almarhum Budi yang tertidur di karpet depan TV untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Kepulangan Budi hanya terpaut 2 bulan menjelang pernikahannya dengan Indah di Semarang. Sedih tak terkira kehilangan sahabat yang begitu baik dan perhatian (dan ternyata memiliki hubungan kekeluargaan dengan isteri saya, Andra). Hingga kini, nama Budi senantiasa terucap dalam doa-doa saya sehabis shalat maupun di perjalanan.
Tulisan ini sekedar memory masa lalu saya ketika bersahabat baik dengan almarhum Budi. Biarlah masa lalu ini menjadi suri tauladan atas nilai persahabatan tanpa harus mengusik suasana hati dan kebahagian di kekinian kita semua yang pernah menjalin hubungan manis dengan Budi. Benang merah memory masa lalu ini pula yang membuat kami sangat bahagia dan bersyukur, ketika Indah berhasil melalui semua perjalanan hidupnya dengan sangat baik hingga menempuh hidup baru bersama Daniel. Semoga bahagia selamanya. *****
Resepsi diadakan tidak lama setelah acara adat dalam balutan baju pengantin warna ungu. Ada kejadian lucu ketika barisan pengantin dan keluarga memasuki ballroom Horison Hotel. Kedua pengantin berjalan didahului sepasang patah cilik yang manis, namun (lucunya) dalam tempo langkah yang "terburu-buru" untuk sebuah prosesi pernikahan. Tidak heran bila sang MC sempat mengingatkan dengan halus agar kedua mempelai berjalan perlahan saja mengikuti alunan gamelan. Sebagian besar tetamu tersenyum-senyum maklum. Namanya juga pengantin baru, hehehehe.....
Satu per satu teman-teman dan sahabat-sahabat Indah hadir. Ada Peppy dan suaminya, Toto. Arsa dan Rizal serta their sons. Eka dan suami serta kedua puterinya. Vanda dengan puterinya, bersama Ida "sang pramugari spesialis Bali - Australia (Air Paradise)". Nia dan 2 "pengawalnya" alias suami dan puteranya yang meski baru kelas 5 tapi badannya cukup besar ngalah-ngalahin Nia hehehe... Terakhir datang adalah "rombongan" Santi dan Agung.... Hitung-hitung ini pemanasan untuk acara reuni Fabiona Angkatan 86 tanggal 15 April 2007 di Bumi Perkemahan Ragunan.
Buat Indah dan Daniel, selamat menempuh hidup baru. Semoga senantiasa rukun dan bahagia sampai maut yang memisahkan kalian berdua. Amien.
(Moh. Adjie Hadipriawan, 20 Maret 2007 pukul 18:55)
***** Tentang Indah - pada masanya - tak dapat dipungkiri mengingatkan saya pada sebagian memory ketika memadu kasih dengan rekan dan sahabat kita, almarhum Budi Widyatmoko. Masih lekat dalam ingatan saya, ketika sore itu Budi menelepon ke kantor dan seperti biasa saya ledekin "kapan nih (married)?". Tidak seperti biasanya, Budi bicara agak lebih fokus, "lha ini aku mau ngundang". "Ngundang apaan Bud?". "Iya, malam ini aku mau tunangan ama Indah (waktu itu) di Vila Novo Depok". "Haaah, yang bener? Siapa aja yang diundang?". "Ini acara keluarga Djie dan cuma kamu yang aku undang tanpa sepengetahuan keluargaku dan keluarga Indah". Serasa tak percaya. Bagi saya undangan "the only" ini semacam "penghargaan" untuk saya sebagai sahabat satu angkatan. Tanpa berganti pakaian, hanya mampir ke rumah sebentar ambil jas, saya dan Andra berangkat ke acara keluarga itu. Maklum jalan ke Vila Novo saat itu sering macet. Jam 20:00 kami tiba. Wah benar-benar tidak ada yang kami kenal di luar rumah. Gimana ya biar Budi tahu kami sudah datang? Ya udah, saya muncul aja di pintu utama sampai akhirnya Budi melihat. Lalu Budi menyambut saya dan Andra di luar, mengajak kami ke dalam rumah. Begitu kami masuk, kami merasa seluruh pasang mata tiba-tiba beralih ke kami berdua. Kami sadar kami "hanya" diundang oleh Budi seorang. Budi menuntun kami bersalaman dengan seluruh anggota keluarga Indah dan Budi yang hadir di ruang keluarga. Orang tua Budi tersenyum dan memeluk saya gembira. Kakaknya Budi (mbak Tika) berkomentar dengan senyum khas, "lho... koq bisa tahu ya? Bocor nih acaranya". Tentu saja Indah merasa surprised dengan kehadiran kami berdua yang tak terduga ini. Jadilah kami menjadi salah satu saksi pertunangan Budi dan Indah.
Saya dan Budi sempat merencanakan hotel di Semarang yang dekat dengan lokasi acara. Tertata dengan rapih kapan kami berdua datang, kapan kami ikut prosesi dan resepsi. Namun manusia hanya dapat berusaha. Allah SAW menentukan jalan yang lain bagi sahabatku, Budi. Budi berpulang ke rahmatullah tepat di hari ulang tahunnya. Kepulangannya baru diketahui shubuh ketika Ibunya meminta adik Budi (Dewi, yang turut hadir dengan bahagia di acara pernikahan Indah di Bekasi) membangunkan almarhum Budi yang tertidur di karpet depan TV untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Kepulangan Budi hanya terpaut 2 bulan menjelang pernikahannya dengan Indah di Semarang. Sedih tak terkira kehilangan sahabat yang begitu baik dan perhatian (dan ternyata memiliki hubungan kekeluargaan dengan isteri saya, Andra). Hingga kini, nama Budi senantiasa terucap dalam doa-doa saya sehabis shalat maupun di perjalanan.
Tulisan ini sekedar memory masa lalu saya ketika bersahabat baik dengan almarhum Budi. Biarlah masa lalu ini menjadi suri tauladan atas nilai persahabatan tanpa harus mengusik suasana hati dan kebahagian di kekinian kita semua yang pernah menjalin hubungan manis dengan Budi. Benang merah memory masa lalu ini pula yang membuat kami sangat bahagia dan bersyukur, ketika Indah berhasil melalui semua perjalanan hidupnya dengan sangat baik hingga menempuh hidup baru bersama Daniel. Semoga bahagia selamanya. *****
0 Comments:
Post a Comment
<< Home