Monday, April 02, 2007

Kelapa Gading

Kemarin saya menulis di blog ini tentang lokasi wisata kuliner favorit saya dan isteri saya, Andra di Kelapa Gading. Kenapa Kelapa Gading? Dilihat dari lokasinya, Kelapa Gading cukup jauh dari tempat tinggal kami berdua di selatan Jakarta. Tempat di Jakarta Utara yang pada pertengahan Februari 2007 lalu dilanda banjir besar ini memang sangat menarik untuk ditelusuri obyek-obyek makanannya. Saya pertama kali jatuh cinta dengan lokasi ini sekitar tahun 1998 atau 1999. Waktu itu karena tuntutan tugas kantor, saya sering melewati Kelapa Gading.

Setelah berulang kali ke Kelapa Gading untuk memburu makanan, saya jadi punya pola atau "rute kuliner" sendiri. Kali ini saya mau berbagi pengalaman di salah satu tempat makan. Berikutnya akan saya ceritakan dalam tulisan-tulisan terpisah tempat makan atau jajan lainnya di Kelapa Gading.

Saya biasa ke Kelapa Gading dari arah Pulomas menyeberang ke Boulevard Raya. Yang pertama sering saya hampiri di sisi kiri jalan adalah Sop Konro Karebosi. Sebelum krismon, ada lebih dari 1 outlet mengusung nama Karebosi di jalan ini dalam jarak yang berdekatan. Pemiliknya sama. Kini hanya ada 1 outlet yang terbesar. Menemukan rumah makan khas Makassar ini sangat gampang karena biasanya parkirannya agak padat saking banyaknya orang yang makan di sana. Di trotoar tampak kepulan asap dari panggangan. Tempatnya terbuka alias tanpa AC. Untuk mengusir udara panas disediakan sejumlah kipas angin di atas meja-meja makan. Menunya menyediakan Sop Konro, Sop Saudara, Ikan Bandeng Bakar, Sate Sapi dan Nasi Campur. Juga tersedia es Palubuttung dan es Pisang Ijo. Kalau tidak salah ingat, setelah krismon disediakan bentuk inovasi Sop Konro, yaitu Konro Bakar. Sejak menu terakhir ini keluar, saya lebih sering pesan Sop Konro Bakar.

Tidak terlalu lama untuk menunggu datangnya pesanan. Kalau sudah terlalu lapar, bisa diganjal dulu dengan aneka kue-kue khas Sulawesi yang disediakan di piring, misalnya Panada. Biasanya sepiring nasi putih hangat yang duluan datang. Lalu minuman pesanan kita. Berikutnya datanglah Konro Bakar dan kuahnya di mangkuk terpisah. Konronya terdiri dari 2 atau 3 potong iga sapi yang dipanggang dan dibumbu kacang. Soal ukuran jangan tanya. Dijamin kenyang dengan 2 atau 3 potong iga itu...! Kuahnya agak gelap mirip kuah rawon. Tambahkan perasan jeruk nipis dan sambal secukupnya. Tanpa sambalpun sebenarnya sudah cukup pedas. Jadi hati-hati kalau mau pakai sambal. Begitu kuah diseruput, waauuuuw, rempahnya mantap, segar, pedas dan panas jadi satu. Begitu dagingnya disobek dari potongan iga, aduuuuhhh....., empuk sekali. Sebenarnya iga bakar ini berasal dari bahan yang sama dengan Sop Konro biasa. Artinya sudah dimasak di dalam panci-panci raksasa. Tapi kalau kita pesan yang bakar, maka iga dari panci itu akan dibakar terlebih dahulu dan disiram kuah kacang.

Kadang kala saya lihat ada orang yang makan iga seporsi berdua. Sah-sah aja. Karena memang ukurannya cukup besar untuk dimakan sendirian. Makan sop Konro, tentu saya sadar dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan selama dan sesudah memakannya. Yang jelas, mulut kita akan menikmati sop Konro yang benar-benar empuk dan lezat. Jangan malu untuk memegang tulang iganya dengan tangan. Begitulah cara makan iga. Nikmat.....! Bahwa kandungan lemak atau bahkan kolesterol akan menumpuk di dalam tubuh kita, itu kan manajemen olah tubuh. Nikmati aja dulu, man. Apalagi ramuannya konon mengandung rempah-rempah yang meminimalkan lemak dan kolesterol selama proses memasaknya. Yang penting anutlah pola hidup seimbang. Cukupkan dengan olah raga yang rutin. Insya Allah apapun yang kita makan akan berfaedah untuk tubuh kita. Setuju dong?

Udara di rumah makan ini memang panas. Tapi jangan khawatir. Sebagai penutup yang dingin-dingin pesanlah es Palubuttung atau es Pisang Ijo. Keduanya sama-sama segar. Es Palubuttung berisi irisan pisang (kepok?) ditaburi es serut dan diberi sirop merah. Es Pisang Ijo terdiri dari pisang hijau yang dibungkus dengan "baju" berwarna hijau jadi menyerupai pisang hijau utuh. Diberi sejenis bubur putih dari beras, kuah santan, ditaburi es serut dan ditambahi sirop. Benar-benar penutup dingin yang segar. Namun bertahun-tahun belakangan ini saya sudah tidak sanggup lagi makan seporsi Konro Bakar dan es pisang ijo. Terlalu mengenyangkan. Jadilah saya hanya minum minuman ringan dingin, seperti teh botol. Tentu kedua cara itu tidak mengurangi rasa nikmat makan Sop Konro Karebosi in its original taste.

Karebosi diambil dari nama sebuah lapangan yang luas di Kota Makassar. Di kompleks olah raga itu ada banyak orang menjual Sop Konro. Jadilah namanya Sop Konro Karebosi. Kita yang di Jakarta tidak perlu jauh-jauh ke Makassar untuk makan sop ini. Cukup ke Kelapa Gading. Di Jakarta pun ada beberapa pilihan sop Konro. Ada yang memakai merk "Marannu" di Kelapa Gading. Ada juga yang tersohor di Casablanca, "Daeng Tata" dengan produk andalannya "Tata rib's". Marannu berkuah agak merah dengan rasa pedas. Di Daeng Tata, sudah mengalami modifikasi sesuai dengan tuntutan lidah orang Jakarta. Semuanya berpulang kepada selera masing-masing. Saya sendiri masih setia pada rasa original Sop Konro Karebosi. Makanya saya rela jauh-jauh ke Jakarta Utara untuk makan sop ini. Nyam nyam nyam.

(Moh. Adjie Hadipriawan, Selasa, 3 April 2007, 14:45)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home