Tuesday, May 15, 2007

Apa Kabar Kampus Bio?

Belasan tahun sudah meninggalkan secara formal Kampus Fakultas Biologi Universitas Nasional di Ragunan. Hal ini ditandai dengan kelulusan dan diwisudanya warga Angkatan 84 mulai tahun 1989, 1990, 1991, 1992 dan seterusnya.

Pada awal-awal kelulusan saya masih sering mampir ke Kampus Bio Ragunan untuk berbagai keperluan. Mulai dari asistensi dan bimbingan Bidang Studi Planktonologi pada Studi Pengenalan Lapangan/SPL (saya membidangi ini sejak tahun 1988 dan diwisuda tahun 1990). Juga antar-jemput pacar (sekarang my lovely Andra sudah menjadi isteri sejak tahun 1994). Selain itu turut hadir dalam sejumlah pertemuan mahasiswa Fabiona dan para alumni yang concern pada ekses dualisme kepemimpinan di UNAS.

Setelah semakin sibuk dengan pekerjaan, saya semakin jarang ke Kampus Bio. Paling-paling hanya lewat depan Kampus menuju atau dari jalan tembus ke Cilandak / Kavling Polri.

Pada saatnya, setiap ke Kampus Bio yang nampak di sekitar pagar Kampus adalah sebuah warung tenda "Bakso Pak Wal". Warung baso ini sering dijadikan "markas", alias tempat kumpul sambil makan bakso. Kadang-kadang sore hari kami memanggil tukang laksa yang lewat dan makan di warung ini. Di pagar Bumi Perkemahan Ragunan, berderet-deret warung rokok Pak Halim, Gado-gado Bu Yot, Tukang Siomay pakai sepeda (agak di depan Bu Yot), Baso Kumis (lupa, pakai sepeda apa dipanggul ya?) dan warung Mie Ayam Pak/Bu.... (lupa euy namanya).

Bertahun-tahun warung-warung ini berkontribusi dalam pemenuhan gizi mahasiswa Fabiona. Tentu masih ada yang lain, termasuk "Warung Jatim" yang "kelas berat". Atau warung paling legendaris untuk ngumpul, makan makanan kecil, minum, numpang shalat dan ngaso, yaitu "Warung Jabir". Di awal-awal kuliah kita di tahun 1984, ada kantin di dalam Kampus Bio. Namun lama-kelamaan kantin itu "punah". Apa karena seleksi alam? Yang jelas warung-warung di luar pagar Kampus tetap eksis sampai masa kelulusan kita hingga beberapa tahun ke depan.

Ketika jembatan layang di Tanjung Barat sedang dibangun, jalan-jalan di sekitarnya termasuk ke arah Depok macet berat. Jadilah saya mengambil rute lewat jalan Saco di samping Kebun Binatang Ragunan. Atau dari Buncit masuk tol di Cilandak dan keluar di Pasar Rebo, terus ke Lenteng Agung. Saat itu Kampus Bio hampir tiap malam benar-benar hanya saya lewati tanpa sempat ditoleh sama sekali. Memang, sejak rame-rame dualisme kepemimpinan UNAS, Kampus Bio sempat ditutup. Jadi tak terbayangkan untuk mampir bahkan sekedar menoleh ke arah kampus. Ironis.

Waktu Jalur Busway Koridor 6 dibangun di Mampang hingga Ragunan, wah makin malas saya lewat jalur itu. Macetnya tidak ketulungan. Saya ingat, suatu pagi setelah libur 17 Agustusan tahun 2006, saya ke kantor melalui jalur Mampang. Ampun-ampunan deh. Rute ini menjadi "jalur neraka". Saya menempuh dalam waktu 4 jam....! Dengan kata lain, Kampus Bio semakin jauh dari jangkauan saya.

Akhir Maret 2007, saya menghadiri resepsi nikah di Auditorium Departemen Pertanian. Jadi mau tidak mau saya harus lewat sekitar Kampus Bio. Ternyata jalur jalan di situ sudah lebih lebar karena ada Busway. Babak itu terulang lagi. Kampus Bio tampak sepi, maklum hari libur.

Saya memang tidak sempat bertanya kepada pihak-pihak yang berwenang dan tahu persis kiprah Kampus Bio saat ini. Namun tetap saja. Kampus itu memberi kesan mendalam tentang masa-masa perkuliahan dulu. Apa kabar Kampus Bio?

(Moh. Adjie Hadipriawan, Senin, 14 Mei 2007 pukul 17:40 WIB)

1 Comments:

Blogger bscc-jakarta.blogspot.com said...

Kami juga masih eksis lho.....
Fabiona Angk. 1970......Lihat kami di www.fabionagroups.multiply.com

salam,
Bahang, 1751 van Bio.

8:26 PM  

Post a Comment

<< Home