Thursday, May 31, 2007

Dari Silaturrahmi Fabiona Angkatan 84 & Keluarga

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu tiba juga. Sabtu pagi tanggal 26 Mei 2007, sesuai rencana diadakan acara Sillaturrahmi Fabiona Angkatan 84 dan Keluarga di kediaman rekan kita Tejaningsih di jalan Muh. Kahfi I no. 34, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Acara ini dirancang berlangsung sehari penuh, dari jam 10:00 sampai jam 16:00. Acara ini merupakan pertemuan Fabiona Angkatan 84 yang kedua di tahun 2007, setelah Nostalgia Lunch di RM Lesehan Pondok Laras di jalan Akses UI, Kelapa Dua, Depok pada 4 Maret 2007.


Jum'at malamnya menjelang jam 21:00, Teja menelepon dan memberitahu saya bahwa panitia menyediakan 2 kendaraan jemputan di Kampus Bio Ragunan. Ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan rekan-rekan Fabiona Angkatan 84 dan keluarganya datang ke lokasi. Maklum, meski lokasi acara tidak jauh dari Kampus Bio, tapi kawasan Jagakarsa dikenal sebagai "kawasan labirin". Salah arah sedikit saja, siapapun yang tidak kenal daerah ini akan tersesat.

Jam 10:00 pagi itu satu per satu hadir beserta keluarga Ali Akbar, Prihatanto, Halwanih, Heni R. Damiri (panitia), Erni (panitia), Budi Iraningrum (panitia), Sapto, Lies Marlina, Henry D. Berry (merangkap seksi dokumentasi). Juga Okke, Andewi, keluarga Sri Hartani, keluarga Teguh Hartono, keluarga Iqbal, pasangan Sunoto (Uge) - Opah, dan banyak lagi deh.

Yang terasa unik kali ini adalah kehadiran anggota keluarga dari sebagian besar rekan-rekan Fabiona Angkatan 84. Memang, misi acara hari ini adalah mempertemukan sebanyak-banyak alumni Angkatan 84 beserta anggota keluarganya. Bahkan rangkaian acara (music/organ tunggal, games, role-play, sharing sessions, menu makanan bahkan sarana ibadah) sudah disiapkan untuk mengakomodasi keseluruhan peserta. Mulai dari sang alumnus sendiri, suami/isterinya dan anak-anak laki-laki maupun perempuan pada berbagai usia. Salut kepada Panitia Kecil yang telah merencanakan acara ini dengan sangat detil.

Acara didahului dengan sambutan lagu-lagu yang dinamis oleh penyanyi dan pemain organ tunggal. Keluarga-keluarga yang datang saling bersalaman, berpelukan, berkenalan dan cipika-cipiki. Maklum, ada yang sudah belasan tahun tidak pernah bertemu. Kemudian untuk sesaat peserta diminta untuk mengisi biodata terbaru (bagi yang belum). Yang pasti, ada foto-fotoan dong.....! Teja mengeluarkan album-album foto kenangan Angkatan 84 yang usianya mencapai 20 tahun lebih. Mmmmm, sudah pada beda dengan sekarang ya, hehehe....

Acara pertama adalah berkenalan di antara sesama anak-anak. Acara yang dipandu oleh Adjie dan Ira ini masih mengambil tempat di dalam ruang keluarga yang sejuk. Lucu juga melihat anak-anak berbagai usia berusaha saling berkenalan. Maklum ada yang masih balita, TK, SD dan SMP. Tapi asal tahu saja, belakangan menyusul anak-anak yang sudah SMA. Seru ya!

Makan siang prasmanan juga tidak kalah ramenya. Pilihan menu makanannya sangat beragam. Ada nasi putih biasa, nasi timbel, soup buntut, ikan balita goreng, ikan gurame bakar, ayam penyet yang empuk, cumi besar bumbu cabe hijau, dendeng batokok dengan cabe merahnya, gado-gado dan lain-lain, lengkap dengan aneka lalapan dan sambel. Belum lagi aneka buah potong, es campur, pudding, rujak gobet dan softdrink. Semua makan dengan gembira dan untuk sementara melupakan diet atau pantangan. Peserta tidak malu-malu menambah makan. Kan ada alasannya, "nambah untuk anak-anak gue, maunya makan yang ini/itu", hehehe....

Selagi makan, tamu-tamu terus berdatangan. Ada Nani yang dosen di UIN Ciputat, Evi dan puterinya, Yanti dan "pasukannya" (tadinya dikira rombongan Wapres Jusuf Kalla, karena nomor mobil Yossa B....JK), Wita dan puterinya, Fachruddin sekeluarga, Erda, Upik, Amel dan anak-anak, Rina yang diantar suaminya, Tachiruddin sekeluarga, pak guru sekaligus ustadz Yuniza (Ciek), Aril yang datang ngejomblo (seperti beberapa rekan yang lain. Kata Embun, mau mengaktifkan web jomblo.com hahahaha.....). Untunglah halaman kediaman keluarga Teja mampu menampung parkir untuk lebih dari 20 mobil.

Kenangan tak terlupakan dalam kesempatan ini adalah menjalankan shalat dzuhur berjamaah dua generasi setelah makan siang. Sungguh ini suatu kesempatan yang cukup langka dan mengharukan. Bertindak sebagai imam shalat adalah Teguh.

Seusai shalat saya membatin sambil senyum-senyum sendiri. "Seandainya ini shalat shubuh, magrib atau isha' dan Teguh jadi jamaah di sebelah saya, bisa-bisa shalat bubar karena suara Teguh yang berat lucu ketika berucap "Amieeeeeen....". Ini pernah terjadi belasan tahun yang lalu dalam shalat jemaah shubuh di markas Pekayon. Shalat batal beberapa kali karena jamaah tertawa terpingkal-pingkal mendengar suara menggelegarnya Teguh.....! Hahahaha.....

Mungkin karena tahu acara berlangsung sampai sore, sejumlah rekan masih dan masih datang hingga menjelang sore, misalnya Inong, Minah, pengusaha catering Oji dan 2 putera-puterinya yang sama "suburnya" dengan Oji (alhamdulillah ternyata pertanda makmur), pengusaha sekaligus ustadz dan herbal-based healer Ismanto (yang dulu imut-imut kecilnya, sekarang ngalah-ngalahin Harry de Fretes. Ismanto adalah pemegang rekor Angkatan 84 dengan 7 anak-anaknya. Sebesar-besar rezeki dari anak-anak yang ia peroleh, Amien), Adrianto sekeluarga (yang sekarang sudah lebih langsing tapi masih hobby makan mie ayam "khusus" di pasar Kampung Ambon), pasangan Joseph Jonathans - Tri, keluarga Musa Damanik dan lain-lain.

Games berhadiah yang diperlombakan antara lain lomba pesan berantai, lomba bakiak (pesertanya anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak), lomba memindahkan belut ke botol air mineral, lomba membentuk kata dan masih banyak lagi. Yang paling seru adalah lomba membentuk formasi. Games formasi ini melibatkan seluruh peserta (alumni, suami/isteri dan anak-anak berbagai usia) campur aduk, berjoged berkeliling dalam lingkaran besar di halaman rumput, diiringi oleh nyanyian dan musik yang tiba-tiba dihentikan dan segera membentuk formasi kelompok yang jumlah anggotanya "dipermainkan sesuka hati" oleh pemandu Erni. Bisa dibayangkan, anak-anak berbagai usia (balita sampai SMA) dan para alumni saling rebut dan "rampas" untuk memenuhi jumlah anggota kelompok. Benar-benar seru.

Sharing sessions dilakukan pada 10 alumni "terpilih". Kebetulan saya yang memandu acara ini. Pemilihan harus berlangsung demokratis, jadi digunakanlah permen "untuk memilih" siapa saja yang harus angkat bicara di antara sekitar 50 orang alumni yang hadir. Masing-masing mendapat waktu berbicara selama 3 menit untuk sharing perjalanan hidup setelah wisuda, pencapaian hidup tertinggi dan juga terendah selama ini, tips untuk keluar dari pencapaian hidup terendah, termasuk harapan atas acara-acara alumni Fabiona Angkatan 84 mendatang. Sementara sharing sessions berlangsung, Erni dan Ira melanjutkan games bagi sekitar 30 anak-anak di halaman depan.

Banyak pengalaman hidup rekan-rekan 84 yang bisa dijadikan cermin dan suri tauladan bagi kita semua yang hadir. Ada yang sukses di karir namun kurang beruntung di kehidupan pribadi, ada yang sudah asyik "bermain dengan uang" tetapi harus memilih untuk mengentaskan pendidikan agar cukup bekal ke depan, ada yang bersyukur telah menjalankan ibadah haji namun merasa belum berhasil dalam pencapaian pribadi lainnya, ada yang konsisten di jalur konservasi dan lain-lain. Yang menarik adanya harapan agar pertemuan Angkatan ini harus rutin diadakan setiap tahunnya namun jangan sampai menimbulkan rasa jenuh untuk hadir.

Teja yang kebetulan menjadi tuan rumah kali ini berharap, pertemuan Angkatan 84 senantiasa diperluas menjadi pertemuan Angkatan dan keluarganya, sehingga mampu menimbulkan rasa kangen di antara anak-anak dari anggota Angkatan 84. Setuju...! Insya Allah melalui media acara seperti ini maka silaturrahmi Fabiona Angkatan 84 tercapai dan mampu menyentuh kepada ide-ide untuk mengantarkan generasi penerus 84 menyongsong masa depannya.

Berikut ini beberapa target yang akan dijalankan oleh Fabiona Angkatan 84:
1. Menjadikan kegiatan sejenis sebagai Forum resmi alumni Fabiona Angkatan 84 dan keluarganya, serta menyelenggarakan pertemuan sejenis minimal 2 kali dalam setahun (di awal/pertengahan setiap semesternya).
2. Melengkapi Database Fabiona Angkatan 84 untuk menggantikan Buku Data Angkatan 84 yang pernah dibuat di akhir tahun 1980an / awal tahun 1990an.
3. Mensosialisasikan rekening alumni Fabiona Angkatan 84 untuk menghimpun dana mandiri sukarela secara accountable.
4. Menjalankan program realistis/ membumi, seperti bantuan beasiswa bagi siswa berprestasi dan santunan bencana, maupun program lain seperti kemah keluarga Fabiona Angkatan 84 dan lain-lain, yang akan dibahas dalam kesempatan tersendiri.
5. Menjajaki keanggotaan di Seaworld Indonesia bagi putera/puteri alumni Fabiona Angkatan 84 sebagai sarana mengantarkan generasi kedua dalam mencintai lingkungan dan mempererat silaturrahmi.
6. Mencanangkan pertemuan silaturrahmi berikutnya pada bulan November 2007.

Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Tak sama cepatnya dengan waktu ketika saya menulis artikel ini. Sekitar 50 alumni Fabiona Angkatan 84 berkumpul dengan didampingi sekitar 40 anggota keluarganya, sehingga total lebih dari 90 orang peserta hadir dalam acara Silaturrahmi ini. Untuk ukuran sebuah acara setelah belasan tahun tidak berkumpul dalam jumlah besar, sungguh ini suatu prestasi besar.

Acara silaturrahmi yang direncanakan selesai pukul 16:00 akhirnya mundur pukul 17:00. Itupun masih diwarnai dengan pembicaraan-pembicaraan lanjutan sampai menjelang magrib di teras dan halaman parkir (masih kangen kali ya?). "Anak-anak mulai bosan 'Djie", kata Teguh. Padahal itu "semacam alasan" Teguh saja untuk cepat-cepat pulang. Kenyataannya anak-anak berbagai usia malah asyik bermain bola di halaman rumput, ya laki-laki ya perempuan. Sebagian malah asyik menangkap belut-belut di baskom besar. Ketika azan magrib berkumandang, tersisa sejumlah kecil yaitu tuan rumah, beberapa rekan, sisa panitia kecil dan para juniors. Rasanya tak ingin habis-habisnya acara ini. Akhirnya mereka yang tersisa shalat magrib berjamaah dulu dan baru benar-benar pulang sekitar pukul 19:30. See you again in November 2007.

(Moh. Adjie Hadipriawan, 31 Mei 2007, pukul 15:45)


***** Malam itu di kompleks rumah saya diselenggarakan PilkaRT alias pemilihan Ketua dan Sekretaris RT. Saya pun harus berangkat ke Bandung untuk reuni Alumni SMA Negeri 7 Bandung pada hari Minggu, 27 Mei 2007 dari jam 11:00 sampai jam 16:00. Dan (uuhhhh, aaah, mmmmmhhhhh), terpilih jadi salah satu Pengurus Ikatan Alumni Angkatan 84 SMA Negeri 7 Bandung sebagai wakil dari kelas IPA-3. Dari reuni ke reuni, dari acara ke acara. Walau capek tapi senang. *****


Photo by Berry.



Tuesday, May 15, 2007

Silaturrahmi Angkatan 84 tanggal 26 Mei 2007

Dear rekan-rekan Fabiona Angkatan 84.

Datang yach bersama keluarga (suami, isteri dan anak-anak), yang belum berkeluarga (harus juga bawa pacar....). Ke mana? Ke acara "KUMPUL-KUMPUL KELUARGA BESAR FABIONA ANGKATAN 84".

Acara silaturrahmi ini akan diadakan pada:
Hari/Tanggal: Sabtu, 26 MEI 2007
Jam: 10.00 - selesai
Tempat: "RUMAH TEJA"
Jl. MOH. KAHFI I No. 34, Jagakarsa, Jakarta Selatan

Kumpul-kumpul kali ini, kita ingin bermain bersama seluruh KELUARGA BESAR ANGKATAN 84. Pasti seru dan berkesan!

DITUNGGU KEDATANGANNYA......

Konfirmasi kedatangan bisa menghubungi:
ERNI: 0818991789
HENI DAMIRI: 08129204329
ADJIE: 0818724483
OPAH: 081574770052
UGE: 08161893606
IRA: 081807055319

Untuk yang bergabung di milis fabiona@yahoogroups.com tolong sampaikan ke temen-temen yang kebetulan tidak bergabung di milis tersebut, agar acara kali ini akan lebih banyak anggota Fabiona Angkatan 84 yang dapat hadir.

Semoga acara silaturrahmi ini dapat menyambung tali persaudaraan kita. Amien.

Terima kasih.

(Undangan sebagai mana diumumkan oleh Ira melalui email di milis fabiona@yahoogroups.com tanggal 13 Mei 2007).

Apa Kabar Kampus Bio?

Belasan tahun sudah meninggalkan secara formal Kampus Fakultas Biologi Universitas Nasional di Ragunan. Hal ini ditandai dengan kelulusan dan diwisudanya warga Angkatan 84 mulai tahun 1989, 1990, 1991, 1992 dan seterusnya.

Pada awal-awal kelulusan saya masih sering mampir ke Kampus Bio Ragunan untuk berbagai keperluan. Mulai dari asistensi dan bimbingan Bidang Studi Planktonologi pada Studi Pengenalan Lapangan/SPL (saya membidangi ini sejak tahun 1988 dan diwisuda tahun 1990). Juga antar-jemput pacar (sekarang my lovely Andra sudah menjadi isteri sejak tahun 1994). Selain itu turut hadir dalam sejumlah pertemuan mahasiswa Fabiona dan para alumni yang concern pada ekses dualisme kepemimpinan di UNAS.

Setelah semakin sibuk dengan pekerjaan, saya semakin jarang ke Kampus Bio. Paling-paling hanya lewat depan Kampus menuju atau dari jalan tembus ke Cilandak / Kavling Polri.

Pada saatnya, setiap ke Kampus Bio yang nampak di sekitar pagar Kampus adalah sebuah warung tenda "Bakso Pak Wal". Warung baso ini sering dijadikan "markas", alias tempat kumpul sambil makan bakso. Kadang-kadang sore hari kami memanggil tukang laksa yang lewat dan makan di warung ini. Di pagar Bumi Perkemahan Ragunan, berderet-deret warung rokok Pak Halim, Gado-gado Bu Yot, Tukang Siomay pakai sepeda (agak di depan Bu Yot), Baso Kumis (lupa, pakai sepeda apa dipanggul ya?) dan warung Mie Ayam Pak/Bu.... (lupa euy namanya).

Bertahun-tahun warung-warung ini berkontribusi dalam pemenuhan gizi mahasiswa Fabiona. Tentu masih ada yang lain, termasuk "Warung Jatim" yang "kelas berat". Atau warung paling legendaris untuk ngumpul, makan makanan kecil, minum, numpang shalat dan ngaso, yaitu "Warung Jabir". Di awal-awal kuliah kita di tahun 1984, ada kantin di dalam Kampus Bio. Namun lama-kelamaan kantin itu "punah". Apa karena seleksi alam? Yang jelas warung-warung di luar pagar Kampus tetap eksis sampai masa kelulusan kita hingga beberapa tahun ke depan.

Ketika jembatan layang di Tanjung Barat sedang dibangun, jalan-jalan di sekitarnya termasuk ke arah Depok macet berat. Jadilah saya mengambil rute lewat jalan Saco di samping Kebun Binatang Ragunan. Atau dari Buncit masuk tol di Cilandak dan keluar di Pasar Rebo, terus ke Lenteng Agung. Saat itu Kampus Bio hampir tiap malam benar-benar hanya saya lewati tanpa sempat ditoleh sama sekali. Memang, sejak rame-rame dualisme kepemimpinan UNAS, Kampus Bio sempat ditutup. Jadi tak terbayangkan untuk mampir bahkan sekedar menoleh ke arah kampus. Ironis.

Waktu Jalur Busway Koridor 6 dibangun di Mampang hingga Ragunan, wah makin malas saya lewat jalur itu. Macetnya tidak ketulungan. Saya ingat, suatu pagi setelah libur 17 Agustusan tahun 2006, saya ke kantor melalui jalur Mampang. Ampun-ampunan deh. Rute ini menjadi "jalur neraka". Saya menempuh dalam waktu 4 jam....! Dengan kata lain, Kampus Bio semakin jauh dari jangkauan saya.

Akhir Maret 2007, saya menghadiri resepsi nikah di Auditorium Departemen Pertanian. Jadi mau tidak mau saya harus lewat sekitar Kampus Bio. Ternyata jalur jalan di situ sudah lebih lebar karena ada Busway. Babak itu terulang lagi. Kampus Bio tampak sepi, maklum hari libur.

Saya memang tidak sempat bertanya kepada pihak-pihak yang berwenang dan tahu persis kiprah Kampus Bio saat ini. Namun tetap saja. Kampus itu memberi kesan mendalam tentang masa-masa perkuliahan dulu. Apa kabar Kampus Bio?

(Moh. Adjie Hadipriawan, Senin, 14 Mei 2007 pukul 17:40 WIB)